Cerita Ceria Yang Pudar
Aku menatapnya lagi malam itu. Sesosok laki-laki paruh baya penuh dengan guratan muram di wajahnya. Ubannya mulai merata menutupi rambut hitamnya yang dulu bagus. Sesekali ia menyeruput teh tawar yang ia buat sendiri. Laki-laki yang dulu gagah dan tak terlawan kini seolah duduk dengan kelelahan tiada tara. Matanya seakan sudah tidak kuat menerima terpaan angin malam yang sangat dingin ini. Tak ada kata yang mampu menyambungkan kami malam itu. Aku terlalu asik memandangi wajahnya yang menyimpan duka dan dia sibuk menerawang langit-langit rumah dengan tatapan kosong. Begitu banyak keriput yang membawa kisahnya kepadaku. Bertahun-tahun aku tidak tinggal bersamanya sampai aku lupa bahwa kami terikat darah sampai kapanpun. Ku khususkan malam itu untuk menyambanginya, yah sekedar menemani ia minum teh tawar kesenangannya ataupun melihat ia melamun. Menurut orang, laki-laki yang duduk di depanku itu memiliki tangan yang gagah dan kaki yang tak mengenal lelah. Semasa mudanya banyak orang tun...