Lagi-Lagi Aku Harus Beradaptasi

*line* *line* *line* ..... 
Bunyi itu berkali-kali muncul dari ponselku. Ketenangan pagiku terusik oleh nada dering tanda pesan dari seseorang masuk. Berkali-kali kukedipkan mataku, berusaha menerima cahaya matahari yang masuk melalui jendela kamar. Dengan susah payah ku raih ponsel yang ku letakkan disamping kepala, ku buka kunci layarnya dan, astagaaaa itu pesan dari temanku Ria. Aku lupa aku menjanjikannya untuk pergi ke gereja di hari ini, dan aku lupa hari ini juga ulang tahunku. 

"besok saat kamu ulangtahun kita ke gereja bareng ya, kamu harus feminim. Di gereja berdoa yang bener biar dapet jodoh" aku terngiang kata-kata Ria tiga hari sebelum tanggal ulang tahunku. Lantas aku bergegas bangun dari tempat tidurku dan bersiap untuk mandi. Belum sempat mandi, Nia sudah datang. Astagaa anak ini.......

Dengan persiapan kilat dan dandanan feminim ala Ria, kami segera berangkat ke Gereja. Selesai mengikuti misa, aku melangkah maju ke depan, menyalakan lilin di patung bunda Maria. Terhanyut pada suasana bahagia dan khusyuk, lantas aku berdoa padanya. Selain deretan pujian dan ucapan terima kasih, ku selipkan doa memohon kehadiran seseorang entah siapa.

Jadwalku hari itu hanya pergi ke gereja bersama Ria dan makan bersamanya. Seperti ritual hari ulang tahun, aku harus mentraktirnya. Selesai melakukan selebrasi kecil itu, aku bergegas pulang dan pergi ke tempatku bekerja selama libur.

Pekerjaanku hari itu cukup melelahkan. Banyak dokumen yang harus ku rapikan. Menjelang malam, aku ingin segera kembali ke rumah dan bermanja-manja di atas tempat tidurku. Ternyata semesta sedang bersahabat denganku. Malam itu aku cepat kembali ke rumah, membersihkan diri dan bersantai di atas tempat  tidur sambil bermain dengan ponselku.

Sebelum melelapkan diri, aku menyempatkan waktu membalas semua ucapan di line, twitter, dan path. Banyak foto-foto aibku yang tersebar yang harus ku balas commentnya. Setelah semua selesai, aku bersiap memejamkan mataku.

*line* *line*
Kapan aku bisa istirahaaaat? kataku dalam hati. Kuraih lagi ponselku. Nama yang muncul cukup membuatku terhenyak kaget. Antara percaya dan tidak percaya. Pesan terakhir yang kami lakukan berujung pada kekesalannya terhadapku. Menunggu loading membuka pesannya, aku berharap dia mengucapkan selamat ulang tahun padaku. Pesan itu akhirnya muncul

asmleekuumm

yaaa? cari siapa ya?

cari kamu, boleh gak?
mau minta tolong..

Ya, aku sedikit kecewa karena malam itu sama sekali tidak ada ucapan darinya. Jangan menganggap aku berharap demikian lantas aku memiliki perasaan untuknya. Tidak. Kami hanya berteman.

Setelah hari itu, kami berlanjut sampai pada tahap pergi berdua. Pada tahap ini aku masih merasa kami berteman baik. Aku tidak merasa dia sedang mendekatiku, karena statusnya tidak lagi sendiri. Sejujurnya baru tiga kali aku pergi bersama laki-laki bukan karena paksaan dan rasa kasihan. Hari itu boleh dikatakan sebagai hari penuh senyum buatku. Sekali lagi jangan menganggap aku baper. 

Sampai hari ini, komunikasi kami tidak lancar. Pertemuan kami juga aku anggap hanya sebagai rutinitas biasa karena ada kegiatan kami yang harus dilakukan bersama. Saat tidak ada lagi pesan dari dia aku merasa kehilangan. Tapi aku yakin ini bukan kehilang karena rasa, tapi kehilangan karena bunyi-bunyian yang meramaikan ponselku tiba-tiba hilang. Lagi-lagi aku harus beradaptasi dengan tidak ada lagi orang yang bisa aku ceritakan keluh kesahku.

Tenang saja, tidak ada baper dalam kamusku. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Part-time di Singapura? Ini nih ceritanya..

Berkat atau kutuk?

Catatan satu tahun pertama menjadi pekerja