Untuk yang mempersalahkanku

Untuk air mata yang terlanjur jatuh dan menyatu dengan tanah, aku harus merelakanmu jatuh. Semua yang tersimpan pada saatnya juga akan terbongkar. Semua yang dari atas pada saatnya akan ke bawah. Bukankah cerita tentang takdir selalu begitu?

Untuk hidup yang tak ku kenal, kamu terlalu luas. Jangkauan tanganku tak mampu menangkap apa maksudmu. Gelombangmu terlalu hebat, meninggalkan buih yang juga tak ku pahami.

Untuk kamu yang sedang mempersalahkanku, apa yang ingin kau salahkan? Pahamilah bahwa engkau bukan pemegang kendali atas segala hal. Bukan kah aku sedang menjalankan peranku, kau pun begitu. Tak apa, salahkan saja atas prasangkamu, asal kau tak memendam benci dan lara.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Part-time di Singapura? Ini nih ceritanya..

Berkat atau kutuk?

Catatan satu tahun pertama menjadi pekerja