Untuk Papa
Pa, menjadi putrimu adalah anugrah terbesarku. Menjadi prioritasmu adalah kebahagiaanku. Putri kecil yang kau didik untuk menghadapi kerasnya dunia, hari ini lagi-lagi diuji.
Dunia begitu keras pa, apalagi kenyataannya, papa meninggalkan aku. Rasanya belum banyak bekal yang bisa aku bawa. Aku masih gadis kecil yg ingin kau tuntun ke tujuanku, sama seperti saat kau mengantarku ke sekolah dulu.
Masih jelas rasanya naik dipunggungmu. Berjalan tertawa bersenda gurau. Masih nyata ingatanku menangis kala kau pergi bekerja, saat itu ingin rasanya digendong papa. Rindu pa rinduu sekali
Sakit rasanya menerima kenyataan aku tak lagi bisa melihatmu. Tak ada lagi pundak untuk menyandarkan kepala kala ku lelah. Tak ada lagi tangan kekar yang bisa ku genggam kala aku terlalu lemah.
Bisa kah ku ulang waktu lagi? Lahir, lalu kau peluk, kau timang. Mengambil lagi waktu yang terbuang begitu saja. Atau setidaknya datanglah dalam mimpiku, aku rindu.
Dunia begitu keras pa, apalagi kenyataannya, papa meninggalkan aku. Rasanya belum banyak bekal yang bisa aku bawa. Aku masih gadis kecil yg ingin kau tuntun ke tujuanku, sama seperti saat kau mengantarku ke sekolah dulu.
Masih jelas rasanya naik dipunggungmu. Berjalan tertawa bersenda gurau. Masih nyata ingatanku menangis kala kau pergi bekerja, saat itu ingin rasanya digendong papa. Rindu pa rinduu sekali
Sakit rasanya menerima kenyataan aku tak lagi bisa melihatmu. Tak ada lagi pundak untuk menyandarkan kepala kala ku lelah. Tak ada lagi tangan kekar yang bisa ku genggam kala aku terlalu lemah.
Bisa kah ku ulang waktu lagi? Lahir, lalu kau peluk, kau timang. Mengambil lagi waktu yang terbuang begitu saja. Atau setidaknya datanglah dalam mimpiku, aku rindu.
Komentar
Posting Komentar