Yuk ke Lombok!

Anggota tetap liburan tahun ini. Tunteng dan yah begitulah

Liburaaaannn…..!!


Akhirnya liburan ke Lombok bisa terealisasi di tahun ini. Tapi karena budget yang sedikit, akhirnya liburan kali ini bisa dibilang ala backpacker-an minim budget. Selama upload foto di Instagram atau di Insta story, banyak banget yang tanya, “Kok bisa sih Ye?”, “budget kamu berapa?”, “Mau dong tips and triknya.”

Maka dari itu, tulisan kali ini bakalan lebih ngebahas how to escape to Lombok?

Liburan ke Lombok kali ini sebenarnya bisa dibilang dadakan. Kenapa? Karena ‘uangku habis’ untuk biaya KKN di Ketapang, Kalimantan Barat dan KKL di Jakarta. Tapi berhubung ada temen yang gampangan kalo diajak jalan jadi ya dijadikeun saja.

Aku memilih tanggal liburan H+sekian Lebaran supaya tidak terganggu dengan umat manusia yang pulang kampung dan memenuhi destinasi wisata. Tapi resikonya kehabisan tiket kereta, dan terlalu mahal jika beralih ke pesawat. Yhaa, tiket Jogja-Lombok satu koma sekian. Bus pun menjadi pilihan terakhir, dan harganya lumayan mahal Rp. 475.000. Padahal kalau harga normal hanya Rp.375.000.
Bus Wisata Komodo pun menjadi pilihan. Sebenarnya hanya ada satu PO Bus yang melayani Jogja-Lombok, yaitu PT Safari Dharma Raya. Tapi mereka tidak membuka tiket untuk tanggal keberangkatan kami (aku dan satu temanku). Pilihan terakhir adalah mencari bus yang menuju Bali. Untungnya Wisata Komodo masih memiliki banyak kursi kosong. Akhirnya kami berangkat pukul 14.00 WIB dan sampai di Bali pukul 12.00 WITA.

Kami turun di Terminal Ubung. Sebenarnya, bus-bus di Bali hanya bisa menurunkan penumpangnya di Terminal Bus Mengwi. Terminal bus ini terkenal dengan premannya yang senang mematok harga tinggi untuk carter taksi plat hitam dan angkot. Tadinya aku agak takut jika bus harus berhenti di Mengwi, tapi untungnya Wisata Komodo sedikit melakukan trick supaya tetap bisa turun di Ubung.
Sampai di Ubung, kami harus mencari kendaraan lagi untuk ke pelabuhan Padangbai. Turun dari bus, sudah banyak orang yang menawarkan jasa kendaraan umum. Biasanya mereka mematok harga Rp. 75.000, tapi masih bisa ditawar. Akhirnya kami mendapat harga yang lumayan miring Rp. 60.000. Perjalanan dari Ubung ke Padangbai ditempuh dalam waktu satu jam. Kami menggunakan mobil Agya, yang diisi penuh empat orang, Aku, Sano, Abit, dan Ibu Budi.

Kelelahan kami terbayar dengan pemandangan di Bukit Merese. Satu-satunya momen sunset yang kami dapatkan di Lombok

Sampai di Padangbai, kami lantas membeli tiket penyeberangan. Harga untuk dewasa dibanderol Rp. 46.000 sedangkan anak-anak Rp. 28.000. Sebenarnya ada jasa fastboattapi harga tiketnya cukup mahal yaitu Rp. 300.000. Jika menggunakan kapal feri waktu tempuh Bali-Lombok empat jam, jika menggunakan fast boat hanya satu jam. Kami memilih menggunakan kapal feri.

Sampai di Lombok, sepertinya segala kebaikan menghampiri kami. Setelah jalan kurang lebih satu kilometer menjauhi Pelabuhan Lembar, kami bertemu dengan Ibu Budi. Sebuah kesempatan untuk sharing biaya taksi dari pelabuhan ke daerah Mataram. Untuk jarak tersebut, menggunakan taksi bisa menghabiskan uang seratus ribu rupiah. Karena kami jalan lagi berempat, kami hanya mengeluarkan uang 25.000 rupiah.

Yap, di Lombok sulit transportasi umum. Jika ada biasanya taksi plat hitam yang membanderol harga per orang bisa sampa 70.000, padahal harus menunggu kuota penuh. Sedangkan taksi plat kuning, atau taksi online seperti go-car, grab, uber juga sulit aksesnya. Mereka sudah dihalang-halangi oleh taksi plat hitam untuk tidak masuk ke area pelabuhan, bandara, dan terminal.

Pukul 19.00 Aku dan Sano tiba di hotel penginapan kami, dan bertemu dengan Flo. Hart Hotel. Biaya per malam mulai dari harga Rp. 220.000. Untungnya, saat itu aku pesan melalui situs tiket.com dan mendapatkan harga Rp. 175.000 per malam.

Besoknya agenda jalan-jalan baru dimulai.  Untungnya, Flo memiliki teman yang tinggal di Lombok. Jad kami tidak menyewa mobil, hanya mengganti uang bensin untuk berpergian.
Destinasi wisata di Lombok bisa terhitung jauh dari pusat kota, Mataram. Setiap destinasi mungkin menghabiskan waktu selama satu jam lebih. Jadi bisa dibilang biaya paling besar selama di Lombok digunakan untuk bensin.

Masalah makan? Cari hotel yang menyediakan sarapan pagi. Dan untungnya Hart Hotel memberikan layanan sarapan pagi, jadi lumayan menghemat uang makan.  Selain itu, jika kalian punya cooking set, manfaatkanlah disaat seperti ini. Jadi kalian hanya membeli bahan mentah seperti mie instan, telur, atau membawa beras dari rumah. Hehehe

Terakhir, aku mau kasih tempat-tempat wisata yang bisa kalian kunjungi di Lombok. Kalau kalian pencinta air, Lombok adalah surganya. Coba datang ke Gili Kedis yang masih bersih dari sentuhan pelancong. Dari tempat parker mobil, kalian harus menyewa kapal. Satu kapal dibanderol harga Rp. 300.000, untuk ke tiga pulau. Kapal tersebut bisa diisi oleh banyak orang, mungkin sampai sekitar sepuluh orang. Selan itu, kalian bisa mengunjungi Senggigi, dan Gili Trawangan. Eitss kalo ke Gili Trawangan kalian wajib untuk singgah satu malam, dan menyediakan ekstra-budget.

Gili Kedis dan air lautnya yang sangat bersih. Tolong dong kalau kesini jangan buang sampah sembarangan.

Tapi selain itu, aku juga sempat berkunjung ke desa adat di Lombok, Desa Sade. Di desa ini kalian bisa menikmati interaksi satu desa yang berisi lima ratus kepala keluarga dan semuanya masih bersaudara. Desa ini cocok dikunjungi oleh orang-orang yang senang menikmati interaksi penduduk asli.

Sedikit gambaran d Desa Sade.


Kalau kalian masih penasaran, feel free aja buat tanya-tanya ke aku J


See u! 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Part-time di Singapura? Ini nih ceritanya..

Berkat atau kutuk?

Catatan satu tahun pertama menjadi pekerja