Ada Ketenangan, Ketegaran dan Ketulusan di 2017 mu!

Nikmati setiap suasananya...

Hai, 2017 segera berakhir. 365 hari yang kamu lalui juga akan segera berakhir. Sepertinya kamu perlu kilas balik apa yang kamu dapatkan di tahun ini ya, Ye. Ada empat tempat yang menyimpan banyak kisahmu, tapi akan ku bagi menjadi tiga babak.

Ketapang, menenangkan.
Awal tahun 2017 ini Ketapang jadi rumah ternyamanmu membuka tahun. Melalui jalanan tanah merah, bukit hijau, air jernih, dan matahari yang terik, banyak cerita yang kamu dapatkan. Mulai dari nasihat seorang pastur tua yang sangat menyayangimu, hingga kedua temanmu yang tinggal satu bulan denganmu. Pastur tua itu kau panggil Romo Budi, dia memahami bagaimana kisah hidupmu. Ya tiap kamu dibonceng Romo Budi, tiap jalanan yang sepi, ada curahan hatimu tentang hidup. Ada kamu yang bisa bercerita dengan orang yang jauh lebih tua, itu tak biasanya seperti dirimu. Banyak nasehat dari Romo Budi, tapi hanya satu yang kamu ingat “kamu orang baik, pasti jalanmu baik” ungkapnya. Kalimat yang menjadi semangatmu hidup sampai saat ini.
Ketapang juga jadi kebiasaan baru bagimu. Kamu yang cemas akan masa depan, kamu yang tidak bisa lepas dari gawaimu, dibiasakan hidup dalam dunia Sukaria saja. Tiap hari tanpa sinyal, kamu belajar hal baru. Memasak dan memikirkan masak apa untuk nanti malam. Bermain dengan anak-anak dan melihat hal baru. Bercengkerama dengan Agus, Cipta dan Romo Budi dan saling tertawa serta menerima kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Kamu juga menemukan ketenangan di Ketapang. Kamu tidak melihat ricuhnya politik negara, kamu tidak mendengarkan persaingan antar teman. Kamu hanya hidup, ya hidup.

Kerasnya bertahan di Jakarta
Tahun ini kamu menerima sanjungan dari sekelilingmu. Ya, selamat kamu berkesempatan magang di Tempo. Media yang cukup punya nama karena keberaniannya melakukan investigasi. Temanmu yakin karena kemampuanmu maka kamu bisa. Tapi, kamu lagi-lagi tidak mengapresiasi dirimu. Pikirmu “ini hanya keberuntungan buatmu. Kebetulan saja sedang tidak ada yang mendaftarkan diri, dan kebetulan saja Tempo sedang membutuhkan orang”.
Tidak kah kamu kasihan pada dirimu yang berjuang sampai bisa kamu magang di Tempo? Dan tidak kah kamu bisa mengapresiasi dirimu yang berjuang mencari berita selama tiga bulan di Tempo?
Pengalamanmu di sini sungguh menyenangkan. Untuk pertama kalinya kamu harus memaksa diri berbicara dengan orang asing untuk mendapatkan informasi. Untuk pertama kalinya namamu tercantum pada situs media besar. Untuk pertama kalinya dirimu benar-benar menjadi saksi sejarah, politik Jakarta, hingga kasus Internasional Kim Jong Un dan kunjungan Raja Salman.
Kamu hebat. Kamu bisa menulis berita dan diterbitkan, bahkan untuk koran. Padahal kamu tidak kenal Jakarta, dan tidak tahu ada bahaya yang selalu dekat denganmu. Dan kamu bertahan untuk tidak banyak mengeluh.
Selamat atas pengalaman barumu, dan belajarlah mengapresiasi dirimu.

Dan dia, yang mengasihimu tulus.
Saat kamu menulis ini, hatimu sedang hancur. Tapi kamu harus mengapresiasinya karena kamu sadar selama dua puluh satu tahun hidupmu, kamu bisa benar-benar memberi hatimu dan percaya pada orang lain. Pada akhirnya kamu rela hatimu disakiti, padahal sebelumnya kamu tahu kamu hanya membutuhkan orang, dan kamu hanya mau rasa bahagianya dan pergi sebelum benar-benar sakit. Dan selamat kamu bertahan sampai saat ini.
Kamu akhirnya bisa menemukan ada yang benar-benar tulus mengasihimu. Kamu akhirnya merasakan bagaimana senangnya diterima dan dimanja. Rasa takutmu yang tidak diterima karena fisikmu, karena keanehanmu, nyatanya bisa diterima olehnya, meskipun keadaan tidak membuatnya bertahan lama. Setidaknya kamu bisa merasa bahagia dan sakit, menandakan kamu manusia.
Saat kamu menulis ini kamu yakin dia masih mengasihimu meskipun ada kekecewaan dalam dirinya.
Tahun ini, pengalaman pertama bagimu membagi semua yang kamu rasa pada orang lain. Menjadi kamu yang tetap diterima orang lain. Tidak seperti sebelumnya, kamu memakai topeng untuk diterima, dan mungkin menyakiti orang lain sebelum kamu benar-benar sakit.
Saat kamu menulis ini, kamu ingin mengungkapkan rasa terima kasih dan maafmu untuknya. Kamu berterima kasih karena dia membuatmu percaya ada yang benar-benar tulus, dan meminta maaf karena kamu tidak bisa sesuai harapannya. Kamu tahu selama bersamanya, kamu menjadi orang yang lupa mendengarkannya, kamu terlalu banyak meminta.

Dan akhirnya tulisan ini berakhir, membawa kesimpulan bahwa masamu di 2017 perlu kamu apresiasi. Kamu di 2017 pun perlu kamu apresiasi. Selamat berjuang di 2018, di usia 22, di medan perjuangan skripsi, dan semoga harapanmu di tahun ini bisa tercapai di tahun 2018. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Part-time di Singapura? Ini nih ceritanya..

Berkat atau kutuk?

Catatan satu tahun pertama menjadi pekerja