Secuil Kenyamanan

Mungkin memang remaja saat ini adalah remaja era galau. Kosakata ini terasa begitu dekat denganku saat ini. Sudah menjadi rahasia umum bahwa usiaku dianggap sebagai usia pengelana dan pejuang. Semangat membara dianugerahkan kepada pemuda dan pemudi seusiaku. Aku sendiri merasakan anugerah itu. Aku senang berkelana dan senang berjuang, kecuali urusan hati. Anggap saja aku terlalu rapuh dan lemah untuk itu. Tidak ada kekuatan yang mampu melandasi urusan hati dalam hidupku.
Aku pernah terlalu percaya diri untuk menjatuhkan cinta pada satu orang, katakan dan anggap saja dia cinta pertamaku. Menjalin relasi pertemanan dengannya terlalu manis. Apapun tentangnya tak pernah kutemukan tak sempurna. Dia selalu sempurna. Tertawa dengan dia pun tak pernah menyakitkan, meskipun akulah sebenarnya objek tertawanya. Pembicaraan dengannya pun selalu menyenangkan, walaupun diskusi kami akan selalu menjadi bahan perdebatan. Dan aku tahu, kami memiliki kesamaan minat, sosial dan politik. Bagiku dia adalah sumber pengetahuan, apapun yang ia lakukan akan terlihat seperti tindakan heroik bagiku.
Kesalahanku adalah, aku terlalu banyak meletakkan harapan padanya. Akibatnya, aku terlalu nyaman terperangkap dalam situasi ini, diam dan tak mau berkelana dan berjuang.
Aku menemukan sosoknya di orang lain. Secuil darinya aku temukan pada temanku. Aku tidak jatuh cinta pada temanku, tapi aku merasakan kenyamanan yang sama saat aku bersama temanku. Kenyamanan saat aku meletakkan harapan pada cinta pertamaku. Tetapi aku bukanlah keledai bodoh yang harus jatuh dilubang yang sama. Aku tidak berani jatuh cinta pada temanku. Aku menikmati perasaan tanpa jatuh cinta dan tanpa harapan. Jatuh cinta terasa sakit buatku, dan ada perasaan lain selain cinta yang bisa membuatku nyaman.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Part-time di Singapura? Ini nih ceritanya..

Berkat atau kutuk?

Catatan satu tahun pertama menjadi pekerja