Selamat hari ayah, Pa!

Untuk yang dekat tapi terasa jauh, ayah tercinta.

Papa, hari ini dinobatkan sebagai hari ayah nasional. Aku merasa tidak ada yang spesial pada hari ini, Pa. Seharian aku malah sibuk memikirkan laki-laki lain, lupa bahwa seharusnya hari ini Papa berhak menjadi raja.
Tapi Pa, apa daya sudah belasan tahun aku merasa kita tidak dekat. Rasanya ikatan batin ayah dan anak semakin pudar seiring detik jam yang semakin bertambah. Rumah kita yang terpisah semakin mendukung perasaanku bahwa kita tidak dekat.
Hari ini aku melihat semua media sosial yang aku miliki. Teman-temanku mengunggah foto ayah mereka, memberikan ucapan manis tanda sayang dan berterimakasih. Aku iri pada mereka Pa. Foto berdua kita sudah hilang entah dimana, lagi pula aku merasa foto itu tidak merepresentasikan kehidupan kita pa.
Selama kita berjumpa yang diperbincangkan hanyalah masalahmu Pa. Aku mencoba mengerti, bebanmu terlalu berat.

Tapi Pa, kejauhan kita masih menyisakan rasa rindu dan kasih. Aku rindu kala sore hari menikmati pisang goreng dan teh hangat buatan mama. Sore yang dulu selalu ku nanti Pa. Sore yang tanpa ada hari ayah, karena setiap harinya Papa selalu spesial.
Hari ini, aku ingin berterimakasih atas tiap pagi, siang, sore dan malam yang Papa hadiahkan untukku selama 8 tahun. Terimaksih juga atas pagi, siang, sore, dan malam yang Papa sembunyikan dariku selama 10 tahun. Papa membuatku semakin kuat dan mandiri.

Aku berharap masalahmu cepat rampung, agar kerutmu hilang dan senyummu muncul. Aku berharap di usiamu yang sudah setengah abad pada 12 oktober lalu menyadarkan bahwa hidupmu masih berharga.

Dari yang kau banggakan tapi tak ku tahu, anak gadismu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Part-time di Singapura? Ini nih ceritanya..

Berkat atau kutuk?

Catatan satu tahun pertama menjadi pekerja