Dear You

Dear You,
Terima kasih telah menjadi 'top of mind' ku selama enam bulan ini. Membuatku merasa menjadi gadis yang paling cantik dan beruntung di tiga bulan awal. Membuatku merasa gelisah, sedih, bahagia, dan penasaran di tiga bulan berikutnya.

Menjadi orang yang namanya paling ku tunggu muncul di layar hp, menjadi orang yang paling ku tunggu di setiap pagi, selama enam bulan. Menjadi orang yang membuatku semangat untuk berteman dengan bedak dan gincu setiap kali kita akan bertemu. Menjadi orang yang selalu kutuju untuk bercerita tentang hariku. Menjadi orang yang selalu bertanya di mana keberadaanku. Menjadi orang yang selalu mengirimi foto aktivitasmu dan teman-temanmu.

Menjadi orang yang kuanggap mirip dengan Papa....

Menjadi orang yang selalu ditanyakan oleh Mama....

Menjadi teman yang pertama kali dipercaya oleh Mama...

Kamu baik dan menyebalkan diwaktu yang sama. Kamu menjadi teman dan orang yang kuharapkan lebih menjadi teman diwaktu yang sama.

Kamu adalah satu-satunya orang yang tidak pernah kutaksir, tapi selalu mengisi hari-hariku selama enam bulan ini, tanpa membuatku risih.

Katamu, kamu tak ingin membangun komitmen. Tidak bebas, tidak bisa singgah di sana-sini. Rumput tetangga lebih hijau, kamu memperjelasnya malam itu, di kedai kopi, pukul sebelas malam. Semakin lama dekat denganmu, aku mengerti bahwa kamu belum bisa menentukan pilihan. Kamu masih senang dengan keberhasilanmu mendekati banyak perempuan cantik yang kamu pamerkan padaku. Kamu masih ingin membuktikan bahwa kamu bisa mendapatkan perempuan cantik itu, mulai dari juniormu di kampus yang tidak aku kenal, temanku masa SMA yang sekarang menjadi temanmu, perempuan-perempuan yang dinobatkan sebagai potensi di kampus, dan entahlah mungkin masih banyak lagi. Dan kamu selalu mengulang bahwa mereka yang pernah tertawa bersamamu adalah perempuan-perempuan yang bisa membuat semua mata laki-laki melirik ingin menelanjangi, dan membuat semua mata perempuan melirik karena iri.

Bagiku semua ceritamu memang harus ku maklumi, dan membuatku sadar bahwa aku harus mengenyahkan harapan kamu akan mendekatiku dengan serius. Tak apa, sudah sewajarnya kan laki-laki sepertimu mendapatkan perempuan yang sempurna, agar kau bisa berbangga hati.

Aku sering bercerita tentangmu kepada teman dekatku, maklumi saja ya, ini salah satu kebiasaan perempuan. Kata temanku, kamu bukan laki-laki yang bisa serius diajak untuk tertawa dan menangis bersama. Mereka bilang "sudahlah, jangan berharap banyak padanya, anggap saja dia temanmu sama seperti yang lainnya". Tapi bagiku kamu berbeda, temanku lainnya tidak pernah sepeduli kamu, tidak pernah mengajakku pergi hanya berdua, tidak pernah mengajakku berkenalan dengan temannya yang lain seperti yang kamu lakukan.
Kamu memang senang memiliki banyak teman bukan?

Ya, aku mengerti. Mereka saja yang terlalu khawatir aku banyak menitipkan harapan padamu. Kamu terlalu baik sih. Pantas kamu sering dianggap banyak menyakiti hati perempuan.

Dari ceritamu aku juga belajar bahwa kamu bersikap baik tidak hanya denganku saja. Mungkin kamu perhatian pada semua temanmu.

Aku hanya ingin menitipkan pesan padamu, kamu tidak salah kalau tak ingin berkomitmen. Kamu juga tidak salah kalau cepat bosan pada teman perempuanmu, atau bahkan perempuanmu, karena bagiku memang kamu belum bisa menemukan yang cocok dengan pemikiranmu, kan?. Aku juga mengerti bahwa pernah ada perempuan yang membuatmu terluka sebegitu lamanya, membuatmu malas merasakannya lagi.
Hanya saja, nanti ada saatnya kamu lelah berlompatan ke semua pohon. Ada saatnya kamu akan menemukan pohon yang membuatmu nyaman dan tak ingin lompat lagi. Pada saat itu, kamu akan tertawa melihat tingkahmu dan mungkin akan tersenyum karena akhirnya kamu menemukan pohon yang kamu mau dan tidak akan kamu sesali. Tetapi ingat bahwa tidak ada pohon yang sempurna, hanya ada pohon yang bisa membuatmu nyaman.

Entah siapa pohon itu, aku hanya ingin membuatmu mengerti bahwa aku adalah perempuan yang tidak akan menganggap kamu laki-laki yang senang menyakiti hati perempuan. Aku sudah terlalu paham apa yang kamu mau. Jangan lupa memberiku kabar saat kamu menemukan pohon yang membuatmu nyaman berlama-lama menetap di sana.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Part-time di Singapura? Ini nih ceritanya..

Berkat atau kutuk?

Catatan satu tahun pertama menjadi pekerja