Her Name is Tania :)
Manusia diciptakan sebagai mahkluk sosial. Ini artinya manusia tidak bisa hidup sendirian. Kami manusia membutuhkan teman untuk berbagi dan saling mendukung. Salah satu teman terdekatku, sebut saja dia Tania. Awal perjumpaan kami bermula karena kami satu kelas saat SMA.
Tania ini perempuan yang agak pendiam, dan kala itu senang duduk di barisan belakang. Awalnya Tania menunjukkan sikapnya yang terlihat tidak senang berteman. Bahkan kalau diingat lagi, kami dekat ketika memasuki semester dua.
Pertemanan kami jarang sekali disinggahi masalah. Di kelas, Tania selalu mengejek sekaligus mendukung kisah tragisku dalam yah sebut saja cinta pertama haha. Temanku yang satu ini dibilang cukup beruntung karena telah memiliki kekasih bernama Daniel. Mereka menjadi sepasang kekasih sejak SMP.
Masa SMA harus berakhir dan kini kami telah kuliah. Tania mengambil Manajemen Major, dan aku Komunikasi. Gedung tempat kami menghabiskan waktu, tenaga dan pikiran berbeda. Jadwal kami juga membuat kami menjadi sahabat-yang-jarang-bertemu. Tetapi, saat liburan semester menjadi waktu favorit kami untuk tetap bertemu dan berbagi cerita.
Hari ini kami bertemu dengan membawa ribuan cerita yang sudah tak sanggup lagi disimpan oleh masing-masing dari kami. Tania yang sekarang sudah bersama Alland, dan aku yang masih sendiri. Tania yang tetap menjadi perempuan pendiam dan teman dekatnya yang baik Grace dan Ajeng, dan aku yang masih sibuk dengan organisasi untuk menjalin relasi.
Kami bercerita, Tania yang harus memulai lagi dari awal, yang masih bingung makna nyaman dan sayang, dan aku yang juga bingung bagaimana membedakan batas antara teman dan calon teman hidup-yang-bisa-saling-mendukung. Yah, apapun itu, kami bercerita, menertawakan kebodohan kami, dan menyadari perubahan sifat dari kami.
She told that no one can understand her mind except me, and I am agree with her. Pemikiran kami sama. Kekasih bukan lagi dia yang selalu bertanya hal-hal kecil seperti 'kamu udah makan?' 'kalo kamu ga makan aku marah' 'kamu di mana? sama siapa?', tetapi dia yang bisa diajak berdiskusi tentang bagaimana seharusnya menyelesaikan masalah, bagaimana seharusnya keputusan dibuat, dan berbagi tentang apapun yang dapat menambah wawasan. Bukan lagi yang harus berkomunikasi setiap saat, tetapi sedalam apa komunikasi itu dibangun. Topik berbobot apa yang dibicarakan.
Sama seperti persahabatan kami, tak perlu setiap hari bertemu, cukup satu kali dalam sebulan, bahkan lebih untuk bertemu, tetapi memanfaatkan waktu dengan baik. Mengerti dan memahami apa yang harus dibagi dan didiskusikan, mengerti bahwa kami tetap selalu mendukung satu sama lain,
Komentar
Posting Komentar