Monolog Kacau
Saat jarum jam terus berputar dan kaki-kaki terus melangkah
Saat angin dan ombak terus bekerja mendorong kapal sampai pelabuhannya
Ada dua mata yang tak pernah peduli
Saat mulut terus berkata, dan siklus terus berputar
Ada sepasang telinga yang tak mau mendengar
Katanya, dia kasian pada nurani yang ribut dengan hiruk pikuk
Tapi begitulah, ada lubang
Kebocoran yang menarik untuk diintip
Entah simpul apa yang menyatukan
Telinga mulai hirau sayup
Mata melirik
Ada yang menarik.
Semacam ingin disentuh, dikecap.
Seperti minta diperhatikan, padahal tidak.
Dia hanya objek ambisi
Kemudian minta dibungkus indah
Minta diberi nama kasih
Kasih yang membela
Padahal dia obsesi
Sekarang stagnansi jadi lebih indah
Jakarta, 9 April 2017
Komentar
Posting Komentar