Filipina yang Indonesia, dan China yang tidak terlalu China
Are you from Filippina?
No, im indonesian
Pertanyaan ini selalu muncul saat bertemu dengan supir taxi atau grabcar yang aku gunakan untuk mengelilingi Singapore. Setelah ditanya demikian, aku langsung tertawa dan buru-buru menjawab "no, ..." dan macam pembelaan seperti "im from Indonesia" atau "is my face look like Filippine ?"
Respon mereka pun berbeda, ada yang langsung memahami dan meminta maaf, ada juga yang menawar "aaa so you are Indonesian Chinese?..." diikuti dengan bahasa mandarin mereka yang fasih.
Lagi-lagi aku harus terdiam, dan meyakinkan mereka "ya, but i cannot speak mandarin, can lah but a little bit like lai means come here right?" diikuti tawa bangga dan sedikit geli. Pertanyaan selanjutnya, mereka heran kenapa aku tidak bisa menggunakan bahasa mandarin.
Aku pun heran. Kenapa ya?
Pertama, karena penasaran dicap sebagai orang filipina, aku langsung berselancar di internet. Akhirnya, dari beberapa situs yang muncul menjelaskan Indonesia dan Filipina berasal dari ras yang sama, Austronesia. Ras ini sebenarnya berasal dari Taiwan, yang berlayar dan menyebar di rumpun melayu.
Oke penjelasan ini cukup menarik. Karena referensi wajah-wajah Filipana-ku kurang, jadi belum bisa membandingkan. Mungkin sebenarnya bisa dilihat dari ajang miss universe, negara mana yang memiliki ciri-ciri wajah hampir sama.
Tapi kalau kata tanteku, alasan utamanya karena aku hitam dan sipit. Alasan itu juga yang membuat orang-orang yang salah menebak bwralih ke tebakan ke dua Indonesian Chinese.
Tapi saya tidak bisa bahasa mandarin. Mungkin karena saya adalah keturunan sekian dari leluhur asli negeri Tiongkok. Kalau ini alasannya, berarti sesuai dengan curhatan supir taksi yang mengantarku ke bandara Changi. "My children also cannot speak Mandarin. I teach him, but I also speak english with him. Once he speak english he never use the mandarin again. Difficult aaa, you have to mix lah like gado-gado," katanya yang kemudian malah membahas gado-gado.
Faktor lain mungkin karena pada masa orde baru, keturunan Cina 'disingkirkan' dengan tidak ada perayaan imlek di kalender, dan anjiran Keppres no 240 tahun 1997 yang menyebutkan:
“Khusus terhadap warga negara Indonesia keturunan asing jang masih memakai nama Cina diandjurkan mengganti nama-namanja dengan nama Indonesia sesuai dengan ketentuan jang berlaku.”
Dan sejarah kelam yang banyak didengar oleh orang-orang pada masa Soeharto.
Tapi lebih dari itu, mungkin karena saya lahir di Indonesia, dan hidup dirawat oleh budaya Indonesia dan bahasa Indonesia. Filipina atau Cina yang tidak bisa berbahasa mandarin hanyalah tampilan luarnya saja.
Komentar
Posting Komentar