Postingan

Menampilkan postingan dari 2014

Selamat hari ayah, Pa!

Untuk yang dekat tapi terasa jauh, ayah tercinta. Papa, hari ini dinobatkan sebagai hari ayah nasional. Aku merasa tidak ada yang spesial pada hari ini, Pa. Seharian aku malah sibuk memikirkan laki-laki lain, lupa bahwa seharusnya hari ini Papa berhak menjadi raja. Tapi Pa, apa daya sudah belasan tahun aku merasa kita tidak dekat. Rasanya ikatan batin ayah dan anak semakin pudar seiring detik jam yang semakin bertambah. Rumah kita yang terpisah semakin mendukung perasaanku bahwa kita tidak dekat. Hari ini aku melihat semua media sosial yang aku miliki. Teman-temanku mengunggah foto ayah mereka, memberikan ucapan manis tanda sayang dan berterimakasih. Aku iri pada mereka Pa. Foto berdua kita sudah hilang entah dimana, lagi pula aku merasa foto itu tidak merepresentasikan kehidupan kita pa. Selama kita berjumpa yang diperbincangkan hanyalah masalahmu Pa. Aku mencoba mengerti, bebanmu terlalu berat. Tapi Pa, kejauhan kita masih menyisakan rasa rindu dan kasih. Aku rindu kala sore har...

Kata orang, bercerminlah untuk tahu siapa kamu.

Sudah delapan belas kali aku melakukan selebrasi hari kelahiranku pada tanggal 11 januari. Sudah beribu-ribu pagi aku lalui untuk membuka mata sembari bersyukur ataupun mengeluh.  Sudah beribu-ribu malam aku habiskan untuk menyapa bintang yang sedang bermain-main. Dan, sudah beratus-ratus orang aku temui, aku kenali, bahkan aku tinggalkan. Entah sudah berapa banyak pengalaman yang telah menciptakan prasasti. Aku masih ingat, bagaimana aku menangis ketika mama dan papa pergi, dan menitipkan aku pada kaken dan nenek. Saat itu hal yang menyedihkan adalah berharap mereka kembali dan membawa makanan atau mainan kesukaanku. Hal yang paling mengecewakan adalah mereka kembali tanpa makanan dan mainan untukku. Aku masih ingat, setiap hariku yangbaku pikirkan hanyalah bermain dengan boneka dan peralatan masak tiruan milikku. Berpura-pura menjadi seorang ibu yang menggendong anaknya kesana kemari berusaha membuatnya terlelap. Detik, menit, jam, hari, bulan dan tahun pada akhirnya membuatku ...

WANGI PADA SENJA KE TIGA PULUH

sudah menjadi ritual bagiku, sebagai gadis memberi aroma wangi - wangian pada tubuh yang fana berlagak bak ratu, berjalan menebar wangi berharap gadis - gadis yang melalui ku, melirik iri hanya saja saat mentari hadir menggugah jalinanku dengan dinginnya malam semerbak bau melangkahi indra penciumanku wewangian yang sudah lama menjamahku, tanpa bisa ku jamah balik wangi yang kau janjikan hanya akan hilang pada senja ke tigapuluh pada setiap bulannya urung niatku menyemprotkan wewangian tadi, hari ini bukan senja ke tigapuluh, ini masih senja ke tujuhbelas selama aku menanti senja ketigapuluh, aku berjanji.. wangimu yang akan menjadi jimatku

Surat Kecil untuk Si Akhir

Hai pencipta yang sering kami panggil Tuhan. Bagaimana rasanya memandangi kami semua menjalani peran yang sudah kau tentukan? Adakah dari kami yang mencoba jalan lain dari yang kau sediakan? Mungkin itu aku, ciptaanmu yang tidak pernah puas tentang segala sesuatu yang kau cukupkan. Kata pelindung yang kau utus untukku, segalanya akan baik, tapi kadang aku tidak mengerti bagaimana yang baik itu. Baik dalam tataran kepuasanku atau baik dalam kemauanmu? Sepertinya malam ini sudah kau tentukan untukku waktu luang untuk memahami belasan tahun keberadaanku. Delapan belas tahun sudah menjelma sebagai mahkluk yang peduli tentang semesta, lima belas tahun diantaranya mencoba mencari muara kepadamu dan sisanya mengutuk apa yang terjadi. Rasanya jelmaan wujudmu yang ada padaku sebagai gadis kuat dan berkemauan keras menjadi ketidakpuasan buatku, mengingat jalan yang dibuat untukku penuh dengan batu yang membuat telapakku sakit. Sejujurnya aku hanya ingin menyampaikan pertanyaan, 'kapan aku ...

Cerita Ceria Yang Pudar

Aku menatapnya lagi malam itu. Sesosok laki-laki paruh baya penuh dengan guratan muram di wajahnya. Ubannya mulai merata menutupi rambut hitamnya yang dulu bagus. Sesekali ia menyeruput teh tawar yang ia buat sendiri. Laki-laki yang dulu gagah dan tak terlawan kini seolah duduk dengan kelelahan tiada tara. Matanya seakan sudah tidak kuat menerima terpaan angin malam yang sangat dingin ini. Tak ada kata yang mampu menyambungkan kami malam itu. Aku terlalu asik memandangi wajahnya yang menyimpan duka dan dia sibuk menerawang langit-langit rumah dengan tatapan kosong. Begitu banyak keriput yang membawa kisahnya kepadaku. Bertahun-tahun aku tidak tinggal bersamanya sampai aku lupa bahwa kami terikat darah sampai kapanpun. Ku khususkan malam itu untuk menyambanginya, yah sekedar menemani ia minum teh tawar kesenangannya ataupun melihat ia melamun. Menurut orang, laki-laki yang duduk di depanku itu memiliki tangan yang gagah dan kaki yang tak mengenal lelah. Semasa mudanya banyak orang tun...

Bertahan, dan terlihat bodoh

Bagaimana rasanya bermusuhan dengan diri sendiri? Mungkin cukup membayangkan bagaimana rasanya bermain tarik tambang Berusaha menjauhi garis yang aku sebut garis penyerahan Tetapi tetap saja ada kekuatan yang menarikku untuk mendekati garis itu Ada kalanya harus menyerah Karena menggenggam ego, terkadang menyakitkan Ada kalanya berharap Karena kekuatan lain pun akan tetap sirna Bagaimana rasanya bermusuhan dengan diri sendiri? Begitulah, yang kuat akan bertahan meski menyakitkan Yang lemah akan berdamai, dan pada akhirnya... Bahagia.

Mas Ninja

Entah kenapa tiba-tiba mimpiin Mas Ninja, padahal udah lama banget ga pernah contact sama dia. Mana di mimpi dia berlagak seperti mas-mas ala ftv yang megang tangan ceweknya waktu mau ditinggal pergi si cewek. Iya sih, waktu bangun gak gitu mikirin, sampai tiba - tiba ada si cicik cetar Cik cetar : Yeyeee, cantik banbet hari ini.... Yeye         : iya dongg, kan ala-ala wanita banget hari ini pake rok Cik            : kemaren aku ketemu mas ninja lhoo di ko***i terus aku    tanya sama dia dulu pernah deket ga sama kamu Yeye        : haa... yaampun cik, aku malu. Kamu tanya apa ajaaaaa Cik           : cuma itu doang kok.... Yeye        : terus dia jawab apaa cikkkk... apaaaaa Cik           : dia bilang iya...

Jawab saja, dan aku akan memakluminya

Mau berapa banyak detik lagi yang harus dilangkahi? Pertanyaan yang seharusnya kamu jawab, untukku.

Postingan bikin iri

Gambar
Hai, jam segini lagi - lagi saya masih terjaga. Gimana mata saya gak tambah sipit???? *jengjeng*. But, that's not the point. Sekarang saya lagi di kereta (malam) perjalanan menuju Jakarta. Ini juga bukan pointnya. Didepan saya, lebih tepatnya dihadapan saya, tempat duduk diisi oleh pakde dan bude saya. Nah, ini pointnya. PAKDE dan BUDE saya. Mereka pasangan yang sudah cukup lama menikah, bahkan sudah memiliki tiga anak, yang bungsu sudah kelas tiga SMA dan ganteng :))). Yang mau saya pamerkan adalah...... MEREKA MASIH MESRA, MEREKA SEPERTI PASANGAN MUDA YANG SEDANG BERLIBUR UNTUK BULAN MADU. Dan kemesraan ini mereka tunjukkan didepan saya yang JOMBLO. Lalu saya menertawai diri saya sendiri, apa salahnya dengan status jomblo toh tidak membuat saya menjadi rendahan. Saya berhasil secara diam-diam membidik kamera melalui tab saya, here we go... (maaf kalau blur, karena hidup saya saja tidak fokus.... eaaaaaaaaaa) Jarang-jarang saya melihat cinta yang begitu lama. Mereka seperti me...

Laki - laki berambut pirang

Pertemuan memang tak selalu indah dan terkenang.  Bertemu dengan laki - laki ini bahkan dalam keadaan tak terduga dan kacau, bahkan tak pernah terbayangkan. Ricuhnya suasana ruangan penuh kaca itu ternyata memantulkan keindahannya. Saat itu mendefinisikan kesempurnaan begitu mudah, sempurna adalah bingkisan luar dari laki - laki berambut pirang ini. Bahkan aku berani bertaruh bahwa kesempurnaan tidak lagi sebatas konsep. Bagaimana mungkin hati seorang gadis tidak luluh pada senyum mematikan bak bisa ular. Sayangnya, lagi - lagi kesempurnaan hanya diciptakan untuk kesempurnaan. Hal - hal yang tak mampu dilihat mata bukan berarti kesempurnaan. Seperti air dan api, elemen yang tak pernah bisa bersatu, seperti itulah harapan setiap gadis sepertiku untuk sekedar menyematkan namanya dilidah. Berdiri pada langit yang sama tidak lantas membuatku bisa berjalan mengikuti langkahnya. Sama seperti tupai yang hendak melihat kehidupan bawah laut, aku begitu bodoh menunggu si pemilik senyum...

Selasa Random

Memulai semester baru merupakan hal yang menurut gue biasa aja, soalnya gue ngerasain dua semester dengan jadwal key in yang lumayan strategis. Jadi yang belum ngerti key in, ini semacam membuat jadwal dengan sistem online. Mahasiswa diurutin sesuai NPM nya, jadi kalo lo NPM akhir ya lo jadwalnya akhir yang artinya lo bakalan dapet kelas bayangan. Kelas bayangan maksudnya lo mendaftarkan diri untuk kelas yang belum ada di buku bimbingan KRS (Kartu Rencana Studi). Setelah melewati ini semua, sampailah gue pada semester dimana tiap hari selasa gue kuliah dari jam setengah delapan pagi sampai jam tujuh malam. Kata angkatan atas gue sih ini jadwal udah paling biasa buat mahasiswa konsentrasi studi jurnalistik. Dan menurut gue, lebih tepatnya menurut imajinasi gue, nanti pas sesi tiga dan empat mata gue tinggal segaris. inalilahi......  Pada akhirnya, hari ini selasa, 19 Agustus 2014 adalah hari perdana gue ngerasain kuliah empat sesi buat semester ini. Entah gimana rasanya, bayangin s...

Gadis manis itu ...

Bersamaan dengan hilangnya musim hujan tahun ini, gadis yang sering terdiam di jendela kamarnya meratapi tiap sorenya yang tak lagi ada bau tanah basah. Bau tanah yang bisa menguapkan gejolak antara logika dan perasaanya. Gadis manis itu, dia yang terlihat tegar tiap kali bertemu orang lain Gadis yang sama dengan kemurungan yang terlukis diwajahnya. Gadis yang sama yang saat ini sedang menyeruput coklat panas, agar pikirannya tenang mengikuti perasaannya. Musim hujan yang begitu panjang menyisakan lamunan asik hasil dari fantasi si gadis, dan kemarau datang tanpa permisi merusak semua fantasinya. Gadis tegar ini kehilangan mimpinya. Aku hanya bisa diam mendengar detak jantungnya yang lebih cepat dari pada bunyi detikan jarum jam tua yang berada diujung ruangan. Melihat butiran keringatnya yang keluar dari pori - pori kulitnya, menanti bibirnya bergerak merangkai kalimat. "Aku ingin bersandar, entah pada siapa" ucapnya lirih tetapi memekik telingaku. Gadis yang selama ini ...

PEMILU, Kampanye rusuh!

14 Juni 2014 Menjelang Pemilu, entah pemilu caleg maupun pemilu capres pasti identik dengan antek - antek pendukungnya. Bahasa yang lebih halus untuk digunakan adalah Tim Sukses. Mereka pasti akan menjadwalkan kampanye sebagai strategi untuk memenangkan calon mereka. Tidak lupa dengan atribut - atribut sebagai identitas calon dari partai manakah yang mereka dukung. Dulu bagi saya kampanye dijalanan dengan masa yang banyak bukan hal yang sangat mengganggu, karena pada pemilu sebelum - sebelumnya saya bukan seorang pengendara motor. Tetapi saat ini, saya menggantungkan kegiatan saya pada kendaraan ini. Dan ironisnya, saya sudah dua kali terjebak diantara rombongan orang - orang pendukung caleg dan capres yang mengelilingi kota dengan suara motor yang sangat keras. Parahnya lagi, dari atribut yang mereka gunakan menunjukkan bahwa mereka pendukung 'Partai Merah'. Kalau dibilang sama, ya saya sama seperti mereka. Saya mendukung capres yang berasal dari partai merah ini. Tetapi, ...

Secuil Kenyamanan

Mungkin memang remaja saat ini adalah remaja era galau. Kosakata ini terasa begitu dekat denganku saat ini. Sudah menjadi rahasia umum bahwa usiaku dianggap sebagai usia pengelana dan pejuang. Semangat membara dianugerahkan kepada pemuda dan pemudi seusiaku. Aku sendiri merasakan anugerah itu. Aku senang berkelana dan senang berjuang, kecuali urusan hati. Anggap saja aku terlalu rapuh dan lemah untuk itu. Tidak ada kekuatan yang mampu melandasi urusan hati dalam hidupku. Aku pernah terlalu percaya diri untuk menjatuhkan cinta pada satu orang, katakan dan anggap saja dia cinta pertamaku. Menjalin relasi pertemanan dengannya terlalu manis. Apapun tentangnya tak pernah kutemukan tak sempurna. Dia selalu sempurna. Tertawa dengan dia pun tak pernah menyakitkan, meskipun akulah sebenarnya objek tertawanya. Pembicaraan dengannya pun selalu menyenangkan, walaupun diskusi kami akan selalu menjadi bahan perdebatan. Dan aku tahu, kami memiliki kesamaan minat, sosial dan politik. Bagiku dia adala...

Buku tua bersampul coklat

Ada satu buku bersampul coklat di pojok kamarku. Sekilas sperti benda keramat yang rapuh tapi tak lekang waktu. Hanya jaring tipis dan si tuan pemilik jaring tipis yang mau menempati buku itu. Hasrat menjamahnya pun muncul. Duh, lembarannya rapuh tak sesuai tenaga remaja ku. Buku ini landasan pikiran yang tak aku punya. Buku ini telinga yang tak berkawan dengan mulut. Jejak hidup ku di dekapnya erat. Melayang bak asap kini sukmaku. Buku tua ini mengajakku mengicip masa lalu. Ah rupanya imajinasiku terlalu bebas Aku masih diam di tempatku dan buku bersampul coklat itu masih di pojok kamarku. Mungkin memang yang tua dan yang lalu harus di pojok.